Sanghadana di Jia Yi, Taiwan

Mari Mengenal Apa Itu Ulambana

Hyang Buddha menerapakan salah satu peraturan dalam menjalankan Kebhikkhuan adalah menjalani Vassa.  Masa Vassa ini dalam kalendar lunar dimulai dari bulan 4 tanggal 15 hingga bulan 7 tanggal 15. Selama 3 bulan ini, para Bhikkhu tidak diperbolehkan pergi kemana-mana, dan harus menetap di suatu tempat untuk melatih diri. Selama 3 bulan ini juga, para Bhikkhu belajar sila dan merenung Dharma hingga keyakinan spiritual sebagai seorang pertapa semakin kuat. Lalu pada hari Pavarana, yaitu hari penutup masa Vassa berakhir ( kalendar lunar bulan 7 tanggal 15), semua Sangha diberikan kesempatan untuk berkumpul dan mengingatkan satu sama lain  pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan dengan tujuan mengintropeksi diri atas pelanggaran yang terjadi. Namun, banyak juga anggota Sangha yang benar-benar menjalankan pelatihan diri selama 3 bulan ini ada yang mencapai tingkat kesucian Arahat ataupun Bodhisattva. Oleh karena itu juga, di hari terakhir ini bulan 7 tanggal 15 disebut juga sebagai HARI KEBAHAGIAAN PARA BUDDHA, melihat banyaknya siswa berhasil memotong kilesa (akar kejahatan) dan mencapai tingkat kesucian. Kemudian, pernah ada satu kejadian di hari Pavarana ini yang memunculkan Ulambana. Ulambana diartikan sebagai penyaluran jasa bagi mereka yang terlahir di alam setan kelaparan, yang kemudian disebut juga sebagai hari Bakti .

Bakti kepada orangtua ini dilatarbelangi oleh kejadian dimana salah seorang murid Sang Buddha, Y.A. Maha Monggalana ingin menolong ibunya yang terlahir di alam setan kelaparan. Dikarenakan karma buruk yang dilakukan oleh ibunda Bhikkhu Monggalana terlalu berat sehingga kesaktian dia seorang sendiri tak mampu membebaskan ibundanya dari alam setan kelaparan. Bhikkhu Maha Monggalana pun meminta petunjuk dari Hyang Buddha.  Melihat karma buruk ibundanya yang terlalu berat, Hyang  Buddha pun mengatakan bahwa dibutuhkan kekuatan dari sepuluh penjuru Maha Bhikkhu untuk melimpahkan jasa barulah bisa membebaskan ibunda Maha Bhikkhu Monggalana dari alam sengsara (setan kelaparan). Tepat pada hari Vassa terakhir, dimana banyak anggota Sangha yang mencapai tingkat kesucian pun berkumpul dan menerima dana paramitha dari Bhikkhu Maha Monggalana, jasa dana ini ditambah lagi dengan pembacaan mantra doa dari para anggota Sangha akhirnya mampu membawa ibunda Maha Bhikkhu Monggalana ke alam yang lebih baik.

Jadi, Ulambana itu bukan seperti yang selama ini dikira tradisi cioko untuk sembahyang para setan. Konsep ini harus dipegang erat agar tidak terjadi penyimpangan dalam memperingati Ulambana.

Umat Buddha memberikan paramitha kepada Anggota Sangha, Jia Yi, Taiwan

Peringatan bulan Ulambana dalam tradisi Mahayana biasanya diwarnai dengan sukacita umat dalam berdana paramitha kepada para anggota Sangha untuk menanam pahala kebajikan, adapun juga yang mengikuti tata cara menyesal pertobatan kshamayati atas karma buruk yang dilakukan, dan pembacaan sutra Ulambana dengan tujuan bagi kita untuk merenung kembali bagaimana cara yang tepat untuk membalas budi jasa orangtua di masa sekarang, bahkan untuk orangtua di 7 kehidupan masa lampau kita.

 

Ada tiga hal yang biasanya dilakukan dalam perayaan bulan Ulambana :

Hal yang pertama, adalah kenapa kita perlu merenung apa cara yang tepat untuk bakti terhadap orangtua?

Karena pada jaman sekarang, banyak dari kita tidak

Wihara Mahavira Graha Pusat Jakarta menyelenggarakan Sanghadana

mengerti apa sebenarnya makna BAKTI itu terhadap orangtua. Ada anak-anak yang merasa setiap bulan atau setiap minggu mengirimi uang atau kebutuhan materi apapun kepada  orangtua sudah bisa disebut membalas budi, padahal sendirinya tidak pernah meluangkan waktu untuk menemani orangtua atau bahkan tidak menelepon untuk bertanya kabar. Cara seperti ini sebenarnya dengan kita memelihara hewan peliharaan tidak ada bedanya. Namun, kenyataannya banyak yang tidak sadar dan bahkan meremehkan bakti terhadap orangtua. Maka dari itu sangat dibutuhkan bagi kita untuk mengikuti tata cara menyesal pertobatan agar buah karma buruk dari yang kita perbuat dapat diringankan, tentunya harus dari kita sendiri yang memperbanyak kebajikan agar dapat menutupi karma buruk yang diperbuat.

Hal Yang kedua,  di  hari kebahagiaan para Buddha Bodhisattva ini, kita juga bertekad mengembangkan tekad Bodhicitta. Tekad Bodhicitta berarti tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi lebih memikirkan bagaimana orang lain atau semua makhluk mendapatkan kebahagiaan. Saat meditasi, atau ketika melantunkan sutra Ulambana maupun mantra-mantra Mahayana, kita harus merenung kembali apakah saya telah memberikan cinta kasih untuk orang lain, baik yang berjasa taupun menyakiti kita.

Pelantunan Sutra Ulambana di altar Arahat Pindola

Hal yang ke tiga, yaitu penyaluran jasa kebajikan seperti yang di uraikan dalam Sutra Metta (Maitri), bahwa segala kebajikan dilimpahkan ke seluruh penjuru alam agar semua makhluk dapat selalu hidup bahagia.

Para Buddha tidak mengharapkan murid-murid Nya bermeditasi hanya untuk mendapatkan sekedar ketenangan sebab kondisi tenang muncul juga dapat membuat batin kita timbul keserakahan akan terus dan terus berharap dapat kembali merasakan ketenangan itu. Apabila tidak mendapatkan ketenangan maka kita sendiri akan muncul keresahan dalam batin ini. Oleh karena itu, ketenangan batin bukanlah tujuan satu-satunya, tetapi juga harus diiringi dengan pandangan terang (benar), inilah tujuan utama meditasi Buddhis. Pandangan yang benar dapat membuat kita lepas dari keegoisan dan membawa kita pada jalan menuju kebahagiaan (universal, yaitu Bodhicitta. Juga menyalurkan jasa kepada semua makhluk agar dapat menumbuhkan bibit Prajna kebijaksanaan) yang terpendam di dalam hati kita masing-masing, dengan adanya Prajna maka kita juga dapat memiliki kekuatan pengendalian diri agar tidak lagi mananam karma buruk.

Jadi kalau di bulan Ulambana 3 hal ini bisa dilaksanakan maka kita akan mendapatkan 10 kebajikan dalam hidup ini:

  1. Menjadi pribadi yang disenangi oleh semua orang dan mendapatkan martabat dan kedudukan yang terhormat
  2. Menjadi pribadi yang penuh dengan welas asih. Welas asih ini sedalam lautan dan juga Prajna yang tinggi melebih gunung yang menjulang tinggi
  3. Dapat menghindari penyakit yang berat ataupun menular dari luar
  4. Dapat terhindar dari semua bencana, baik itu bencana kemalangan, bencana alam, ataupun bencana peperangan
  5. Dapat menyalurkan jasa pahala kepada para leluhur kita agar mereka dapat terbebas dari alam sengsara dan menuju alam yang lebih baik
  6. Karena menyesal pertobatan atas karma buruk yang dilakukan dan tidak mengulanginya lagi, maka untuk kita sendiri nantinya tidak akan terlahir di 3 alam sengsara
  7. Sering mendapatkan bantuan agar usahanya maju dan lancer
  8. Mendapatkan keluarga yang harmonis , dimana orang tua dapat hidup panjang umur, dan anak-anak yang terlahir bakti terhadap keluarga
  9. Di dalam pergaulan, mendapatkan teman ataupun senior yang bijak yang dapat membimbing kita ke jalan yang benar bukan malah menyesatkan, seperti mengajak untuk mabuk, bermain judi, mendapatkan banyak uang dengan cara yang tidak halal, dan sebagainya
  10. Selalu mendapatkan perlindungan dari para Dewa Pelindung Dharma

Inilah 10 kebajikan yang didapatkan apabila dapat mengikuti dan mempraktekkan 3 hal yang di uraikan di atas. 10 kebajikan ini juga merupakan berkah perayaan Ulambana sebab merupakan hari kebahagiaan para Buddha dan Bodhisattva sehingga tradisi ini perlu dan patut dikembangkan juga dilestarikan.

Sanghadana di Jia Yi, Taiwan

Puja dupa oleh Para Anggota Sangha kepada Arahat Pindola

Sekitar kurang lebih 6000 Sangha menghardiri Upacara Sanghadana di Jia Yi, Taiwan

Sanghadana di Yu Lan, Taiwan

 

 

 

oleh : Bhiksu Prajnavira Mahastavira

0 Comments

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

©2024 Vihara Mahavira Graha Pusat. All Rights Reserved.

Log in with your credentials

Forgot your details?