(Mahavira News) 7 Januari 2018
Dalam merayakan selesainya peresmian pembukaan Aula Mahakaruna dan Upacara Pembukaan Sinar Pratima arca Buddha dan Bodhisattva maka diselenggarakanlah Upacara Buddha-Dharma Deva Puja-sidhi dimana jasa kebajikan ini disalurkan untuk kemakmuran dan ketenangan bangsa dan rakyat. Pelaksanan acara dengan hormat mengundang kelompok Sangha dari monastery Long Hua Shanghai untuk memimpin kebaktian sesuai dengan ritual Buddhis Mahayana.Upacara memberikan puja persembahan kepada para Maha dewa merupakan rasa bakti dan rasa bersyukur kita. Tradisi upacara ini pada mulanya berasal dari Dinasti Ming, Kaisar Yong Le, melaksanakan tradisi upacara ini dengan tujuan berdoa untuk perdamaian dan kemakmuran negara dan rakyat, sesuai dengan tradisi setempat yang berasimilasi dengan Buddhist Mahayana.
Di China ada empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin sepanjang tahun dan juga ada dua puluh empat istilah matahari, masing-masing memiliki dewa pelindung dengan karakteristik yang berbeda. Para dewa ini melindungi para murid Hyang Buddha yang tekun dalam praktik ajaran Buddha Dharma.
Sebagai seorang murid Buddha, sudah seharusnya kita ikut turut menyebarkan jalan kebenaran, Dharma yang sebenarnya. Hyang Buddha tidak menganjurkan kita untuk memuja-muja berlebihan kepada para dewa sebab umat Buddha yang sebenarnya adalah berlindung kepada TriRatna (Buddha, Dharma, dan Sangha) namun Hyang Buddha tetap mengajarkan kita untuk menghormati para dewa sebab kita harus berterima kasih karena para dewa melindungi kita, terlebih kepada kita yang menjaga integritas kita sebagai seorang umat Buddha (menjalankan Buddha Dharma, menjalankan sila) dan menjaga kestabilan di muka bumi ini, oleh karena itu diselenggarakanlah upacara Buddha-Dharma Deva Puja-sidhi. Upacara di pagi hari ini disalurkan jasanya kepada semua makhluk, semoga mereka semua bisa mencapai pencerahan sempurna.
Upacara agung ini dimulai pada pukul 5.00 pagi dengan sakral mengundang Hyang TriRatna, yaitu Buddha, Dharma dan Sangha. Apabila kita memberikan puja persembahan kepada Hyang Buddha berarti juga memberikan penghormatan kepada Tri Ratna kemudian setelahnya, para umat di bawah pimpinan para anggota Sangha memberikan puja persembahan kepada para dewa yang berarti menghormati raja surgawi yang melindungi para Buddha dan ajaranNya serta mereka yang tekun melaksanakan Dharma. Ada dua puluh empat dewa dimana setiap dewa di depannya ditempatkan sebuah meja dan kemudian para umat pun memberikan persembahan dengan dipimpin oleh para anggota Sangha. Di setiap sesinya, Sangha beserta para umat memberikan persembahan kepada 4 dewa disertai dengan doa untuk menyalurkan jasa kepada semua makhluk.
Setelah itu, Ven. Rui Fa dari New York diundang untuk memberikan khotbah Dharma dan kemudian juga mengundang lima Maha Sangha, yaitu Ven. Rui Fa, Ven. Hong Zheng, Ven. Wu Duan, Ven. Xin Yuan, dan Ven. Chang Chun untuk memimpin Upacara Buddha-puja. Setelah penyaluran jasa selesai dilakukan selanjutnya kelima Maha Sangha akan memimpin upacara arya-presayati (送聖-memberikan penghormatan kepada para Buddha dan Bodhisattva serta makhluk suci lainnya dan juga memohon kepada para Buddha dan Bodhisattva dapat membawa para arwah leluhur untuk bisa terlahir kembali di tanah suci para Buddha dan Bodhisattva).
Upacara Deva-puja merupakan salah satu upacara yang penting di ritual agama Buddha, khususnya dalam tradisi Mahayana. Upacara yang memakan waktu lumayan lama ini merupakan kesempatan bagi kita untuk bisa benar-benar berdoa kepada Hyang Tri Ratna serta pada dewa, dengan harapan di tahun yang baru ini, semua yang kita lakukan dapat berjalan mulus tanpa ada gangguan yang berarti, semua orang hidup di dunia ini dengan damai dan harmonis, makmur, serta jauh dari bencana malapetaka. Para dewa pasti akan melindungi kita yang benar-benar mempraktekkan Buddha Dharma, menghormati para Buddha dan Bodhisattva serta orangtua, juga kepada mereka yang menjalankan sila dengan bijaksana.